RPP Al-Qur’an Hadis Kelas I/2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah/Madrasah : MIN Tanjung Sari
Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadits
Kelas/Semester : I/2
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Hari/Tanggal :

I. STANDAR KOMPETENSI
2. Memahami huruf-huruf hijaiah dan tanda bacanya
II. KOMPETENSI DASAR
2.1 Mengidentifikasi huruf-huruf hijaiah dan tanda bacanya
III. INDIKATOR
2.1.1 Menyebutkan nama-nama huruf hijaiah
2.1.2 Menyebutkan perbedaan huruf hijaiah berdasarkan bentuknya
2.1.3 Menghafal huruf-huruf hijaiah
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah siswa bertanya jawab dengan guru tentang huruf hijaiah, siswa dapat menyebutkan nama-nama huruf hijaiah dengan benar.
2. Setelah siswa mengamati secara langsung bentuk huruf-huruf hijaiah, siswa dapat menyebutkan perbedaan huruf hijaiah berdasarkan bentuknya dengan benar.
3. Setelah siswa malafalkan huruf hijaiah berulang-ulang, siswa dapat menghafal huruf hijaiah dengan benar

V. KARAKTER SISWA YANG DIKEMBANGKAN
1. Melalui kegiatan tanya jawab dengan guru tentang huruf hijaiyah, karakter siswa yang dikembangkan yaitu aktif dan berani berpendapat.
2. Melalui kegiatan mengamati bentuk huruf-huruf hijaiyah, karakter siswa yang dikembangkan yaitu disiplin, teliti, rasa ingin tahu.
3. Melalui kegiatan menyanyikan lagu tentang huruf hijaiah, karakter siswa yang dikembangkan yaitu religius.
4. Melalui kegiatan penugasan, karakter siswa yang dikembangkan yaitu tekun, teliti dan jujur.

VI. MATERI PEMBELAJARAN
– Huruf hijaiah disebut juga huruf arab atau huruf al-qur’an
– Huruf hijaiah jumlahnya ada 29 huruf
– Huruf hijaiah itu adalah

VII. MODEL, METODE, DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Model pembelajaran: model yang digunakan adalah Quantum
2. Metode Pembelajarn
a. Tanya jawab
b. Ceramah brevariasi
c. Penugasan
3. Media pembelajaran
a. Teks lagu tentang huruf hijaiyah
b. Buku paket
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
d. Lembar evaluasi
VIII. LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal (± 5 menit)
• Salam Pembuka : Selamat pagi/siang/Assalamu’alaikum Wr.Wb
• Berdoa : “Sebelum pelajaran kita mulai, mari kita berdo’a bersama”.
• Mengecek kehadiran siswa : Anak-anak, hari ini siapa yang tidak masuk?

• Apersepsi :
“ Anak-anak, sudahkah kalian dapat membaca al-qur’an? Jika belum kalian harus belajar dengan giat, karena membaca al-qur’an wajib bagi orang islam dan untuk dapat membaca al-qur’an kalian harus mengenal huruf-huruf hijaiyah.
• Acuan :
“ Anak-anak hari ini kita akan mempelajari tentang huruf-huruf hijaiyah. Ibu harap setelah mempelajari ini kalian dapat mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah dengan baik.

2. Kegiatan Inti (± 50 menit)
a. Eksplorasi:
• Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang huruf hijaiah
• Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang huruf hijaiah
• Siswa memperhatikan guru melafalkan huruf hijaiah
• Siswa menirukan guru melafalkan huruf hijaiah
b. Elaborasi
• Siswa bersama-sama melafalkan huruf hijaiah sesuai petunjuk guru
• Siswa mengamati secara langsung bentuk huruf-huruf hijaiah
• Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang bentuk huruf hijaiah dan ciri-cirinya
• Siswa melakukan permainan puzzel mengurutkan huruf-huruf hijaiah
• Siswa menyanyikan lagu tentang huruf hijaiah
• Siswa mengerjakan LKS

c. Konfirmasi
• Siswa bersama guru menyimpulkan perbedaan antara huruf hijaiah yang satu dengan yang lain
• Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pekerjaan dari permainan puzzel mengurutkan huruf-huruf hijaiah
• Siswa bersama guru membahas LKS
• Siswa bersama guru menyimpulkan bahwa mengenal dan menghafal huruf hijaiah sangat penting.
3. Kegiatan Akhir (± 15 menit)
– Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran
– Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas
– Siswa melaksanakan evaluasi
– Siswa bersama guru menganalisis lembar evaluasi
– Guru melaksanakan tindak lanjut (bagi siswa yang belum memenuhi KKM, dengan melaksanakan remidi. Bagi siswa yang memenuhi KKM diberi pengayaan)
– Guru memberi pesan moral kepada siswa
– Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a dan salam: “Mari kita tutup pertemuan hari ini dengan bacaan hamdalah “alhamdulilahirobbil’alamin”/“assalamu’alaikum wr wb”

IX. SUMBER PEMBELAJARAN
Choirul Fata. 2009. Cinta Al-Qur’an dan Hadits. Solo : Tiga Serangkai.
Sunardi. 2009. Qur’an Hadis untuk MI Kelas 1. Semarang : Aneka Ilmu
Tim Bina Karya Guru. 2009. Bina Belajar Al-Qur’an dan Hadis Jilid 1.Jakarta : Erlangga.

X. PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
1) Penilaian:
a. Penilaian Sikap
No Nama Siswa Aspek yang dinilai Sekor Rata-rata ket
Keaktifan Keseriusan

Skor Kuantitatif (angka skala 100)
Aspek yang dinilai:
1. Keaktifan
– Aktif berpendapat
– Aktif berbicara
– Aktif bertanya
– Aktif menjawab
2. Keseriusan
– Memperhatikan pendapat teman
– Memperhatikan guru
– Bertanggungjawab terhadap tugas
– Mengerjakan tugas sendiri
Deskriptor Penilaian:
≥ 80 : Memenuhi 4 deskriptor
70-79 : Memenuhi 3 deskriptor
60-69 : Memenuhi 2 deskriptor
50-59 : Memenuhi 1 deskriptor
< 50 : Tidak memenuhi semua deskriptor

b. Penilaian Hasil/Produk:
– Prosedur penilaian : Penilaian hasil
– Jenis Tes : Objektif
– Bentuk Tes : Tertulis
– Instrumen, Kunci Jawaban, dan Teknik Penskoran: Terlampir
No. Nama Siswa Skor Keterangan

1
2
3
4
5
Skor Kuantitatif (angka skala 100)
Teknik Penskoran
A. Benar X 10 = 50
B. Benar X 10 = 50
Nilai A + B = 100
2) Tindak Lanjut:
• Kegiatan Remidi dilaksanakan apabila nilai siswa kurang dari KKM = 60
• Kegiatan Pengayaan dilaksanakan apabila nilai siswa lebih dari KKM = 60
• Analisis Hasil dapat dilakukan pada waktu akhir pembelajaran atau setelah pembelajaran selesai dan pelaksaan tindak lanjut dilaksanakan oleh guru.

METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
B. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian metode dalam pendidikan Islam ?
2. Apa Saja Dasar-dasar dari pelaksanaan metode tersebut?
3. Apa saja prinsip-prinsip metode dalam pendidikan Islam?
4. Apa saja macam-macam metode dalam pendidikan islam?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode dan Pendekatan
Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitumeta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut DR. Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah–langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisaikan tujuan tertentu”. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah – langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
B. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
C. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus diguankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. oleh karena itu, seorang pendidik perlumemperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan dan ketreampilan tersebut sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.
2. Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi. Jangan hanya karena mengejar target kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi oleh pedidik.
3. Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
D. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Abdurrahman mengemukakan beberapa metode pendidikan, yaitu:
a. Metode ceramah, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara penyampaian pengertian-pengertian bahan pembelajaran kepada pelajar dengan jalan penerangan atau penuturan secara lisan. Tujuan yang hendak dicapai dari metode ini adalah untuk memberikan dorongan psikologis kepada peserta didik.
b. Metode Diskusi, yaitu suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara berdiskusi. Dalam metode ini pertanyaan yang diajukan mengandung suatu masalah dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu jawaban saja. Jawaban yang terdiri dari berbagai kemungkinan, memerlukan pemikiran yang saling menunjang dari peserta diskusi, untuk sampai pada jawaban akhir yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik.
c. tanya jawab dan dialog, yaitu penyampaian pembelajaran dengan guru mengajukan pertanyaan dan pelajar atau siswa menjawabnya atau berdialog dengan cara saling bertukar fikiran. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid sebelumnya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah buku.
Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu metode umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
d. Metode perumpamaan atau Metafora. Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. Perumpamaan disini adalah perumpamaan yang terdapat dalam al-Qur’an. Seperti yang terdapat dalam Surat Ankabut ayat 41, yang artinya: perumpamaan-perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahuit (Ankabut 41)
e. Metode hukuman, yaitu metode yang dilakukan dengan memberikan hukuman kepada peserta didik. Hukuman merupakan metode paling buruk dari metode yang lainnya, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah: hukuman adalah metode kuratif artinya tujuan hukuman untuk memperbaiki peserta didik dan bukan untuk balas dendam, hukuman baru digunakan apabila metode yang lainnya tidak berhasil, sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya, hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik, hendaknya dapat dimengerti oleh peserta didik, sehingga ia sadar akan kesalahannya.
2. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi
Al-Nahwali mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan Metode Qur’an dan Hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu:
a. Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu: (1) Hiwar Khitabi, merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya. (2) Hiwar Washfi,yaitu dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk gaib lainnya. Seperti dalam surat Ash-Shaffat ayat 27-28 Allah SWT berdialog dengan malaikat tentang orang-orang zalim. (3) Hiwar Qishashi terdapat dalam al-Qur’an, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, merupakan bagian dari Uslub kisah dalam Al-Qur’an. Seperti Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalam Surat Hud ayat 84-85. (4) Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah atau alasan baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolak kebatilan. Contohnya dalam al-Qur’an terdapat dalam Surat An-Najm ayat 1-5. (5) Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi, adalah penyajian bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Kisah Qur’ani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga suatu cara mendidik umat agar beriman kepada-Nya, dan dalam pendidikan Islam, Kisah sebagai metode pendidikan yang sangat penting, karena dapat menyentuh hati manusia.
c. Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani, adalah penyajian bahan pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam al-Qur’an. Metode ini mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak, ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda konkrit seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang diumpamakan dengan sarang laba-laba, dimana sarang laba-laba itu memang lemah sekali disentuh dengan lidipun dapat rusak. Metode ini sama seperti yang disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah.
d. Metode keteladanan, adalah memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
e. Metode Pembiasaan, adalah membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
f. Metode Ibrah dan Mau’izah. Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan
g. Metode Targhib dan Tarhib . Metode Targhib adalah penyajian pembelajaran dalam konteks kebahagian hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman akibat perbuatan dosa yang dilakukan. Atau ancaman Allah karena dosa yang dilakukan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai suprasistem.
Metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Metode pendidikan Islam harus diguankan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : Prinsip mempermudah, Berkesinambungan, Fleksibel dan dinamis.
Menurut para ahli pendidikan, metode pendidikan yang dipakai dalam dunia pendidikan sangat banyak. Hal ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan, yaitu membentuk anak didik menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
a. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah metode pendidikan Islam adalah:
• Metode ceramah
• Metode DTanya jawab dan dialog,
• Metode perumpamaan atau Metafora
• Metode hukuman
b. Menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi metode pendidikan Islam:
• Metode Hiwar
• Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
• Metode Amtsal (perumpamaan) Qur’ani
• Metode keteladanan
• Metode Pembiasaan
• Metode Ibrah dan Mau’izah
• Metode Targhib dan Tarhib.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin H M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam,. Jakarta: Bumi Aksara
Mujib Abdul, Mudzakir Jusuf. 2008. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Kencana.
Yulis Rama. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Metode Pendidikan Islam


http://khaerul-huda.blogspot.com/2011/08/metode-dalam-pendidikan-islam.html

Lirik Lagu “Just for you” JUNAY

[Dinda] 
dirimu teman terbaikku
yang , mengerti yang kumau
yang kusuka dan kubenci

[Abdul] 
Dan dirimu satu yang terbaik
yang pernah aku miliki
saat ini sampai nanti

CHORUS : 
[Dinda]  
Just for u i give you all my heart
i give you all the sweetest thing
cos you’re the one
and the best i ever had

[Abdul]  
just for you i give you all my love
i give all that i can give
cos you’re the one
and the best i ever had
just for you

Ooh . . .

Dirimu (dirimu…)  teman terbaikku …
(oh yeah…)
yang mengerti yang kumau
yang kusuka dan ku benci

Dan dirimu (Ooh..) satu yang terbaik
yang pernah aku miliki
saat ini sampai nanti

RPP SBK Kelas IV Semester 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBALAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan                  : Min Muktisari

Mata Pelajaran                        : SBK

Kelas/Semester                        : IV B/ 1

Alokasi Waktu                        : 2X35 Menit

Hari, tanggal                            : Senin, 23September 2013

 

  1. Standar KompetensiMengapresiasikarya seni musik
    1. Kompetensi Dasar

3.1         Mengidentikasi berbagairagam lagu dan alat musik ritmis

III. Indikator

3.1.1          menyebutkan 3 ciri-ciri lagu daerah

3.1.2          menyebutkan 2 lagu dari masing-masing daerah

3.1.3          mengidentifikasi lagu daerah yang diputar pada tipe recorder

IV. Tujuan pembelajaran

  1. Setelah peserta didik membaca buku sumber tentang ciri-ciri lagu daerah, peserta didik dapat menyebutkan 3 ciri-ciri lagu daerah dengan benar.
  2. Setelah peserta didik memperhatikan penjelasan guru disertai tanya jawab tentang lagu dari masing-masing daerah, peserta didik dapat menyebutkan 2 lagu dari masing-masing daerah dengan benar.
  3. Melalui diskusi menulis judul lagu yang diputar pada tape recorder, peserta didik dapat mengidentifikasi lagu daerah yang diputar pada tipe recorder dengan benar.

 

  1. Karakter peserta didik yang diharapkan
    1. Setelah peserta didik membaca buku sumber tentang ciri-ciri lagu daerah, peserta didik diharapkan memiliki karakter:

–    gemar membaca

–    mandiri

  1. Setelah peserta didik memperhatikan penjelasan guru disertai tanya jawab tentang lagu daerah ,  peserta didik diharapkan memiliki karakter:

–    rasa ingin tahu

–    demokratis

  1. Melalui diskusi menulis judul lagu daerah yang diputar pada tape recorder, peserta didik diharapkan memiliki karakter:

–    tanggung jawab

–    kerja keras

 

VI. Materi Pembelajaran

  1. Ciri-ciri lagu daerah yaitu

–       Melodinya sederhana

–       Syairnya menggunakaan bahasa daerah setempat

–       Syair lagu daerah berisi gambaran tingkah laku masyarakat setempat secara umum

  1. Contoh lagu daerah
Jakarta Aceh Jawa tengah Jawa barat Sumatera barat
Jail jail

Kicir-kicir

Bungo jumpa

Piso suri

Gambang suling

 

Es lilin

Tokecang

Kampuang nan jauh di mato

Ayam den lapeh

 

  1. Metode dan model pembelajaran
    1. Metode pembelajaran

–    Ceramah

–    Tanya jawab

–    Diskusi

–    Penugasan

  1. Model pembelajaran

–    Aktive learning

 

  1. Langkah-langkah pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan

  1. Mengkondisikan peserta didik secara fisik dan psikis

–    Memberi salam

–    Mengajak peserta didik berdo’a

–    Mendata kehadiran siswa

  1. Apersepsi

Menyanyikan lagu:

GUNDHUL PACHUL

 

 

  1. Tujuan

Setelah pembelajaran ini selesai diharapkan kalian dapat menyebutkan 3 ciri-ciri lagu daerah, menyebutkan 2 lagu dari masing-masing daerah, kemudian kalian juga diharapkan dapat mengidentifikasi lagu daerah yang diputar pada tipe recorder.

  1. Cakupan materi

Anak-anak, sekarang kita akan belajar mengidentikasi berbagai ragam lagu, khususnya lagu daerah.

 

10 menit Tanya jawab
2 Kegiatan Inti

  1. Eksplorasi
  • peserta didik membaca buku sumber tentang cirri-ciri lagu daerah
  • Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang contoh lagu dari masing-masing daerah
  • Peserta didik melakukan Tanya jawab tentang lagu dari masing-masing daerah
  1. Elaborasi
  • peserta didik menyebutkan 2 lagu dari msing-masing daerah
  • peserta didik melakukan diskusi menulis judul lagu daerah yang diputar pada tape recorder
  • peserta didik melaporkan hasil diskusi
  • peserta didik bersama-sama membahas hasil diskusi

 

  1. Konfirmasi
  • Memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap hasil pembelajaran peserta didik
  • Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
  • Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
  • Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
40 menit Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan.
3 Penutup

  1. Peserta didik bersama guru merangkum hasil pembelajaran
  2. Peserta didik melaksanakan evaluasi
  3. Guru memberi umpan balik
  4. Peserta didik diberi tindak lanjut hasil evaluasi
  • Peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dari KKM diadakan perbaikan
  • Peserta didik yang mendapatkan nilai lebih dari KKM diadakan pengayaan
  1. Peserta didik diberi informasi materi yang akan datang
  2. Peserta didik berdo’a bersama
  3. Guru memberi salam

 

20 menit Tanya jawab, penugasan

 

No

Indikator  Penilaian

Teknik penilaian

Bentuk penilaian

Instrumen

1. Menunjukkan ciri melodi lagu daerah Tertulis Obyektif
  1. Lagu daerah memiliki melodi yang…
    1. Sederhana
    2. berlebihan
    3. Mudah
    4. Sulit

 

2. Menunjukkan asal daerah sebuah  lagu Tertulis Objektif
  1. Jail-jali adalah lagu daerah yang berasal dari…
    1. Jawa tengah
    2. Jawa barat
    3. Aceh
    4. jakarta
3. Menunjukkan lagu daerah aceh Tertulis Objektif
  1. Berikut ini adalah lagu yang berasal dari Aceh adalah…
    1. lir-ilir
    2. waktu hujan sore-sore
    3. bungong jeumpa
    4. ayam den lapeh

 

4. Menunjukkan ciri-ciri lagu daerah Tertulis Objektif
  1. Bahasa yang digunakan dalam lagu daerah adalah bahasa…
    1. Indonesia
    2. daerah setempat
    3. mandarin
    4. melayu
5. Menunjukkan ciri-ciri lagu daerah Tertulis Objektif Syair lagu daerah berisi…

  1. gambaran tingkah laku masyarakat setempat
  2. gambaran tingkah laku orang lain
  3. perjuangan para pahlawan
  4. nasionalisme bangsa

 

 

6. Menunjukkan ciri-ciri lagu daerah Tertulis Objektif Keanekaragaman lagu daerah dapat kita lihat dari…Kecuali.

  1. Irama
  2. Syair
  3. Latar belakang lagu
  4. Judul lagu
7. Menjnjukkan contoh lagu dari daerah sumatera barat Tertulis Objektif Ayam den lapeh adalalah lagu daerah yang berasal dari..

  1. Jakarta
  2. Jawa tengah
  3. Sumatera utara
  4. Sumatera barat
8. Menunjukkan contoh lagu dari daerah aceh Tertulis Objektif Piso surit adalah lagu daerah yang berasal dari…

  1.  Jakarta
  2. Aceh
  3. Jawa barat
  4. Jawa tengah
9. Menunjukkan contoh lagu dari daerah jawa barat Tertulis Objektif Berikut ini yang termasuk lagu dari jawa barat adalah…

  1. Gambang suling
  2. Jail-jali
  3. Bengong jumpa
  4. Tokecang
10. Menunjukkan contoh lagu dari daerah jawa tengah Tertulis Objektif  Berikut yang termasuk lagu dari jawa tengah…

  1. Lir-ilir
  2. Kicir-kicir
  3. Es lilin
  4. Jail-jali

ISSU-ISSU PENDIDIKAN ISLAM DI MADRASAH

A.    Pengertian Madrasah

Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran.

Menurut SKB (Surat Keputusan Bersama) 3 Menteri, yang dimaksud dengan madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran yang diberikan sekurang-kurangnya 30%, disamping mata pelajaran umum.

B.      Sistem Pendidikan dan Pengajaran Di Madrasah

Sistem pengajaran yang digunakan di madrasah adalah perpaduan antara sistem pada pondok pesantren dengan sistem yang berlaku di sekolah-sekolah modern. Penilaian untuk kenaikan tingkat ditentukan dengan penguasaan terhadap sejumlah bidang pengajaran tertentu.

Pada perkembangan selanjutnya sistem pondok mulai ditinggal, dan berdirilah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem yang sama dengan sekolah-sekolah modern. Namun demikian pada tahap awal madrasah tersebut masih bersifat diniyah, di mana mata pelajaran hanya agama dengan penggunaan kitab-kitab bahasa arab.

Sebagai pengaruh dari ide-ide pembaharuan yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan bangsa Indonesia, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke dalam kurikulum madrasah. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun khusus sesuai dengan tingkatan madrasah, sebagai halnya buku-buku pengetahuan umum yang belaku di sekolah-sekolah umum. Bahkan kemudian timbulah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan dalam bentuk sekolah-sekolah modern, seperti Madrasah Ibtidaiyah untuk tingkat dasar, Madrasah Tsanawiyah untuk tingkat menengah pertama, dan adapula Kuliah Muallimin (pendidikan guru) yang disebut normal Islam.

Pada tahap selanjutnya penyesuaian tersebut semakin meningkat dan terpadu dengan baik sehingga sukar untuk dipisahkan dan dibedakan antara keduanya, kecuali madrasah yang langsung ditulis predikat Islamiyah. Kurikulum madrasah atau sekolah-sekolah agama, mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan persentase yang berbeda. Pada waktu pemerintahan RI dalam hal ini oleh Kementerian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah. Melalui Kementerian Agama, madrasah perlu menentukan kriteria madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-madrasah yang berada di dalam wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok, paling sedikit enam jam seminggu.

Pengetahuan umum yang diajarkan di madrasah adalah:

  1. Membaca dan menulis (huruf latin), bahasa Indonesia
  2. Berhitung
  3. Ilmu bumi
  4. Sejarah Indonesia dan dunia
  5. Olah raga dan kesehatan

Selain mata pelajaran agama dan bahasa Arab serta yang disebutkan diatas, juga diajarkan berbagai keterampilan sebagai bekal para lulusannya terjun ke masyarakat.

C.    Model Pembelajaran di madrasah

Menurut Muniruddin Ahmed, ada tiga metode pendidikan yang dikembangkan di madrasah pada masa pendidikan Islam klasik, yaitu; al-samā’, al-imlā’, dan al-ijāzah.

  1. al-samā’ adalah mendengar, tetapi dalam konteks pendidikan istilah ini berimplikasi lebih luas. Pada prakteknya, dalam metode al-samā’ ini dikenal tiga macam cara, yaitu (1) pengajaran secara langsung, di mana seorang guru membacakan sendiri pelajarannya dari hafalannya di hadapan para pelajar; (2) pelajar membacakan langsung pelajaran dari buku pengajar atau salinannya ataupun dari hasil hafalannya. Cara ini sama dengan model presentasi; dan (3) mendengarkan pelajaran yang disampaikan seorang pelajar kepada pengajar.
  2. al-imlā’ (dikte). Metode ini selalu digunakan pada hampir setiap institusi pendidikan Islam klasik. Biasanya para pengajar mendiktekan pelajaran dari buku, namun tidak jarang pula dari mereka yang langsung mendiktekan dari hafalannya.
  3. al-ijāzah, yaitu seorang pengajar memberikan lisensi mengajar kepada seseorang peserta didik atas nama pengajar tersebut. Metode ini secara spesifik berlaku pada pengajaran hadis.

Model pembelajaran yang digunakan di Madrasah saat ini sama dengan model pembelajaran di sekolah umum.

D.    Kultur Pengembangan Madrasah

Pada hakikatnya madrasah merupakan salah satu alat dan sumber pendidikan serta pencerdasan rakyat kalangan bawah yang sudah berurat berakar pada masyarakat indonesia umumnya, hendaklah mendapat perhatian dan bantuan yang nyatatanpa tuntunan dan bantuan materil dari pemerintah.

Agar madrasah mendapat bantuan materil dan bimbingan dari pemerintah Menteri Agama Nomor 1 tahun 1952. Menurut ketentuan ini, yang dinamakan madrasah ialah “tempat pendidikan yang telah diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama islam menjadi pokok pengajaran.”

Berdasarkan ketentuan tersebut jenjang pendidikan pada madrasah tersusun sebagai berikut:

  1. Madrasah Rendah atau sekarang lazim dikenal sebagai Madrasah Ibtidaiah, ialah madrasah yang memuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama islam menjadi pokok pengajarannya, lama pendidikan 6 tahun
  2. Madrasah lanjutan tingkat pertama atau sekarang dikenal sebagai madrasah Tsanawiyah ialah madrasah yang menerima murid tamatan Madrasah Ibtidaiah atau sederajat, serta memberi pendidikan didalam ilmu pengetahan agama islam sebagai pokok, lama pendidikannya 3 tahun.
  3. Madrasah Lanjutan Atas atau sekarang dikenal sebagai Madrasah Aliyah, ialah madrasah yang menerima murid-murid tamatan madrasah lanjutan pertama atau yang sederajat memberi pendidikan dalam ilmu pengetahuan agama islam sebagai pokok lama belajar 3 tahun.

E.     Output/Outcome Madrasah

Dengan diperlakukannya kurikulum standar yang menjdi acuan, maka berarti telah terjadi keseragaman madrasah dalam bidang studi agama, baik kualitas maupun kuantitasnya, kemudian adanya pengakuan persamaan yang sepenuhnya antara madrasah dengan sekolah-sekolah umum yang setaraf, serta madrasah akan mampu berperan sebagai lembaga pendidikan yang memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan mampu berpacu dengan sekolah-sekolah umum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

SKB 3 Menteri  menetapkan hal-hal sebagai berikut:

  1. Ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan nilai ijazah sekolah umum yang setingkat.
  2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat lebih atas.
  3. Siswa madrasah dapat pindah kesekolah umum yang setingkat.

DAFTAR PUSTAKA

Enung K Rukiati.2006. Sejarah Pendidikan Islam diIindonesia. Bandung: Pustaka setia

Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://www.masbied.com/2009/10/30/madrasah-sebagai-lembaga-pendidikan-islam/

 

http://imamsolo.blogspot.com/2008/11/madrasah-dan-pesantren-sebagai.html

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

A.    Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Istarani model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar  yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.[1] Sedangkan Mohammad Ali menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengarahkan pembelajaran di kelas atau di luar kelas yang sesuai dengan karakteristik perkembangan dan karakteristik belajar siswa.[2]

Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.[3]

B.     Langkahlangkah Model Pembelajaran Picture and Picture

Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Jamal Ma’mur Asmani terdapat tujuh langkah yaitu:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar

Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.

Dalam proses penyajian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut.

Siswa dilatih untuk mengemukan alasan pemikiran atau pendapat tentang urutan gambar tersebut. Dalam langkah ini peran guru sangatlah penting sebagai fasilitator dan motivator agar siswa berani mengemukakan pendapatnya.

6. Dari alasan/urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi, sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dalam proses ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ingin dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.

7. Siswa diajak untuk menyimpulkan/merangkum materi yang baru saja diterimanya.

Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman. Apabila siswa belum mengerti hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pengamatan gambar tersebut guru memberikan penguatan kembali tentang gambar tersebut.[4]

C.      Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Picture and Picture

Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture adalah:

Kelebihan model pembelajaran picture and picture:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.[5]

Kelemahan model pembelajaran picture and picture:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.[6]


[1]Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). (Medan: Media Persada, 2011), hlm. 1.

[2] Mohammad Ali, Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 120.

[4] Jamal M.  Asmani, Tujuh Tips Aplikasi PAKEM, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 39.

[5] Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). (Medan: Media Persada, 2011), hlm. 8.

[6]  Ibid.

Metode Pembelajaran Eksperimen

Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik (guru). Guru yang mengajar dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja kelompok, dan karya wisata (media.diknas.go.id)

 

Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Adrian, 2004).

Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain (pakguruonline.pendidikan.net). Metode eksperimen pun mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Metode Eksperimen

  • Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
  • Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
  • Metode ini dapat menumbuhkan dan membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan Metode Eksperimen

Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
(Adrian, 2004)

akhlak madzmumah “KUFUR”

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Berbagai dalil dari al-Quran dan hadits menunjukkan bahwa iman itu tidak sah dan tidak diterima kecuali diiringi dengan dua hal: keduanya adalah; pasrah kepada Allah dengan bertauhid, dan berlepas diri dari berbagai bentuk kekufuran dan kesyirikan.

Keduanya adalah makna syahadat. Tidak ada seorang pun yang bisa waspada dan menghindar dari sesuatu yang buruk kecuali sesudah mengetahui. Berdasarkan hal tersebut, maka kita bisa mengetahui pentingnya mempelajari tauhid untuk diamalkan serta pentingnya mengetahui kekufuran dan kesyirikan agar bisa mewaspadai dan menjauhinya.

B.     Rumusan masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1)      Apa yang dimaksud dengan kufur?

2)      Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kufur?

3)      Apa macam-macam kufur?

4)      Bagaimana sikap orang islam terhadap orang kafir?

 

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Kufur

Kufur menurut bahasa artinya tidak percaya, menutup[1], ingkar. Sedangkan menurut istilah kufur adalah mengingkari adanya Allah SWT dan segala ajaran-Nya yang disampaikan oleh nabi/rasul-Nya. Orang yang berlaku ingkar disebut kafir, kata jamaknya kafirin atau kuffar. Orang kafir adalah kebalikan dari orang beriman[2].

Firman Allah dalam surah Al-Anfal ayat 55:

Artinya: “Sesungguhnya mahluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman.” (QS. Al-Anfal: 55)

Surah Al-Baniyyah ayat 6:

Artinya: “ sungguh, orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahanam , mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)

Orang-orang kafir dijuluki sebagai makhluk yang paling buruk. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang kafir. Orang-orang kafir diberi petunjuk atau dipimpin oleh setan., sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firrmannya sebagai berikut:

Artinya: “Sungguh, Allah tidak member petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar: 3)

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-Araf: 27)

2.      Faktor-faktor yang Menyebabkan Kufur

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi kufur[3], antara lain:

1. Kepercayaan terhadap Allah yang sudah ada, tidak dikembangkan.

Menurut ahli ilmu jiwa, pada jiwa seseorang terdapat enam rasa yaitu: rasa intelek, rasa susila, rasa seni rasa hargadiri, rasa agama dan rasa social. Rasa-rasa tersebut akan berkembang jika sering dibina. Misalnya: rasa intelek, jika tidak dilatih dengan belajar maka orang tidak akan pandai. Begitu juga dengan rasa agama, jika dikembangkan dengan baik maka orang akan mengamati dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Sebaliknya apabila tidak pernah dikembangkan maka lambat laun orang akan melupakan agamanya.

2. Tidak mengakui kebenaran karena suatu hal.

Pada masa-masa awal rasulullah menyiarkan agama islam banyak sekali orang yang tidak mau percaya akan adanya Allah dan Rasul-Nya . mereka tidak mau percaya karena menganggap kewibawaan mereka sebagai pemuka masyarakat dan bangsawan

Akan jatuh jiika menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Mereka itu diantaranya adalalh Abu Jahal yang sangat menentang dan memusuhi Nabi. Juga paman Nabi, yaitu Abu Thalib yang banyak membantu Nabi dalam menyiarkan  agama Allah sampai akhir kenyataan tetap dalam keadaan kufur.

3. Adanya keraguan dalam pikiran.

Keraguan seorang terhadap adanya Allah dapat menyebabkan ia menjadi kufur. Misalnya dalam pikirannya terlintas bahwa Allah itu ada karena sesuatu yang sudah ada.

4. Karena pengaruh lingkungan.

Lingkungan besar seklai pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Di suatu daeerah yang masyarakatnya taat ibadah kepada Allah, pada umumnya anak-anak yang tinggal di daerah tersebut berperangai (berakhlak) baik. Sebaliknya di daerah yang penduduknya tidak taat beragama, maka pengaruh-pengaruh buruk, seperti perjudian minum-minuman keras, pelacuran mudah masuk di daerah itu. Begitu juga pengaruh bujukan orang-orang kafir agar mau mengikuti agama mereka mudah diterima. Apalagi jika orang-orang kafir agar mau diterima . apalagi jika orang-orang kafir itu membujuknya dengan harta dan janji-janji yang manis-manis biasanya orang mudah terpengaruh. Dalam hal ini Nabi bersabda yang artinya sebagai berikut:

“ Setiap anak dilahirkan atas fitrahnya, maka orang tuanya yang menjadikan dirinya beragama yahudi atau nasrani atau majusi.”

 3.      Macam-macam Kufur

Kufur ada beberapa macam, antara lain[4]:

  1. Kufur zindik, yaitu tidak mengakui kebenaran ajaran islam tetapi berpura-pura sebagai pemeluk agama islam dengan tujuan dapat menghancurkan islam dari dalam.
  2. Kufur inadi, yaitu meyakini adanya Allah dengan hati dan ucapan, tetapi tidak patuh kepada hokum-hukum Allah.
  3. Kufur mu’aththil (Atheis), yaitu tidak percaya akan adanya tuhan.
  4. Kufur nikmat yaitu tidak bersukur atas nikmat yang diberikan Allah.
  5. Kufur juhud, yaitu mengingkari kebenaran agama Allah.

Di antara kufur di atas yang banyak terjadi dikalangan orang islam sendiri adalah kufur nikmat[5]. Orang sering mengingkari nikmat atau kesenangan yang diberikan Allah. Orang sering menyangka bahwa nikmat kesenangan atau keberuntungan yang mereka peroleh adalah semta-mata. Karena jerih payah mereka sendiri.

Allah sangat murka kepada orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya sebagai mana dia sebutkan dalam surat Ibrahim ayat 7:

Artinya: “ Sesungguhnya jika kamu bersukur, niscahya aku akan menambah (nikmat) kepadamu tetapi jika kamu mengingkari (nikmatku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

4.      Sikap Orang-orang Islam terhadap Orang-orang Kafir

Ajaran islam memberikan petunjuk bagaimana cara bersikap terhadap orang kafir[6]:

1. Bersikap baik dan adil selama mereka tidak mengganggu, tidak menunjukan sikap dan perbuatan jahat terhadap orang Islam. Firman Allah dalam surat Al-Muntahanah ayat 8 yang artinya sebagai berikut:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agam dan tidak mengusir kamu dari kampong halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Muntahanah:8)

2. Bersikap keras, tegas, berjihad dan menyatakan perang, jika mereka mengganggu ketentraman umat islam. Sesuai dengan firman Allah yang artinya:

“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang seama mereka.” (QS. Al-Fath: 29).

3. Tidak menjadikan orang kafir sebagai teman akrab melebihi keakraban teman sesama orang yang beriman. Karena orang-orang kafir selalu berupaya untuk mencelakakan orang-orang yang beriman. Firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kecurangan. Sungguh, telah nyyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi dihati mereka lebih jahat. Sungguh, telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu mengerti.” (QS. Ali Imran:118).

4. Tidak menjadikan orang kafir sebagai pemimpin di antara orang-orang yang beriman mengenai hal tersebut Allah menjelaskan dalam surat Ali Imran ayat 28 yang artinya sebagai berikut:

“Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian niscahya dia tidak akan memperoleh apapun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa-Nya), dan hanya kepada Allah tempat kembali.” (QS. Ali Imran: 28)


[1] Anwar. Rosihan. Akhlak Tasawuf. (Bandung, Pustaka Setia. 2010), hlm.125

[2] Syamsuri. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas XI. (Jakarta, Erlangga, 2007), hlm.130

 

[3] Masan. AF.  Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiah Kelas VII. (Semarang, Karya Toha Putra. 2009), hlm.130

 

[6] Masan. AF.  Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiah Kelas VII. (Semarang, Karya Toha Putra. 2009), hlm.132

B. Metode yang digunakan pada model pembelajaran VCT

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan dalam Model Pembelajaran VCT yaitu sebagai berikut.

a. Diskusi

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

Kelebihan metode diskusi.

• Dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai ketua ataupun moderator.

• Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

• Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi demokratis.

• Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima (take dan give).

• Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri.

Sedangkan kelemahan metode ini.

• Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik yang memiliki relevansi dengan lingkungan.

• Memerlukan waktu yang tidak terbatas.

• Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang.

• Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

• Kadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulannya telah disepakati namun implementasi sangat sulit dilaksanakan.

• Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrokan fisik.

b. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

c. Bermain Peran (Role-Play)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

Kelebihan metode ini.

• Memupuk daya cipta, sebab simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masing-masing dalam membawakan peranannya.

• Dapat merangsang siswa untuk menjadi terampil dalam menanggapi dan bertindak secara spontan, tanpa memerlukan persiapan dalam waktu lama.

• Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung, yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

Kelemahan metode ini.

• Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.

• Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperoleh serta mahal harganya dan pemeliharaannya.

• Resiko siswa atau pengajar tinggi.

d. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara.

a.  Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

b.  Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut.

a.    Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.

b.   Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

c.   Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.

d.  Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer

TEORI BELAJAR J. S. BRUNER

 

PEMBAHASAN

A.    Biografi Jerome S. Bruner

Bruner memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner. Bruner lahir pada tanggal 1 Oktober 1915, seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard,  Amerika Serikat.

B.   Teori Belajar Menurut Jerome S. Bruner

Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis, yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara efektif, inilah menurut Bruner inti dari belajar.

Yang menjadikan dasar ide Jerome S. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository learning, di mana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.

Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase, yaitu:

  1. Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
  2. Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
  3. Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Bruner mengatakan bahwa belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.

Oleh karena itu, Bruner mempunyai pendapat bahwa alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.

Selanjutnya Bruner (1960) mengemukakan empat tema pendidikan yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan
  2. Kesiapan (readiness) siswa untuk belajar
  3. Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan
  4. Motivasi atau keinginan untuk belajar siswa

The act of discovery dari Bruner:

  1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
  2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.
  3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
  4. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.

Menurut Bruner, dengan menerapkan cara belajar discovery learning akan memberikan tiga manfaat besar bagi si pembelajar atau siswa, yaitu:

  1. Pengetahuan yang diperoleh akan dapat bertahan lama dan lebih mudah diingat dibandingkan cara belajar mendengarkan ceramah.
  2. Hasil belajar yang didapat mempunyai efek transfer yang lebih baik dari hasil belajar yang lain.
  3. Dengan belajar menggunakan metode discovery learning, nalar si pembelajar akan aktif bekerja dan memiliki peningkatan. Karena si pembelajar dituntut untuk berfikir secara bebas. 

Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini:

  1. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.
  2. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.
  3. Menganalisis sequence. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.
  4. Memberi reinforcement dan umpan balik (feed back). Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ia menemukan jawabnya.[1]

Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Biarkanlah murid-murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka.


[1] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 12.